Pertahanan berlapis: Bagaimana Doktrin Pertahanan Semesta Bekerja

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, memiliki pertahanan berlapis yang unik dan komprehensif melalui Doktrin Pertahanan Semesta (Sishankamrata). Konsep pertahanan berlapis ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap ancaman terhadap kedaulatan negara dapat ditanggulangi dengan melibatkan seluruh potensi bangsa. Artikel ini akan mengupas bagaimana pertahanan berlapis Sishankamrata bekerja, mulai dari garda terdepan hingga dukungan penuh dari rakyat, menciptakan sistem keamanan yang tangguh dan adaptif.

Inti dari Sishankamrata adalah integrasi kekuatan militer dan non-militer. TNI berperan sebagai komponen utama yang memiliki kemampuan tempur langsung dan profesional. Mereka adalah garis pertahanan pertama yang dilengkapi dengan alutsista modern, seperti pesawat tempur canggih, kapal perang, dan kendaraan tempur darat. Namun, di belakang TNI, terdapat komponen cadangan yang terdiri dari warga sipil yang telah mendapatkan pelatihan militer, siap dimobilisasi jika diperlukan. Selanjutnya, ada komponen pendukung yang mencakup seluruh sumber daya alam dan buatan, serta sarana dan prasarana nasional, yang dapat dialihfungsikan untuk kepentingan pertahanan. Ini menciptakan sebuah pertahanan berlapis yang sangat dalam.

Contoh konkret bagaimana pertahanan berlapis ini bekerja dapat dilihat dalam skenario ancaman. Misalkan terjadi pelanggaran wilayah perbatasan laut oleh kapal asing. Pertama, unsur-unsur TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang sedang berpatroli dengan kapal perang atau pesawat intai akan menjadi respons awal. Jika ancaman meningkat, TNI AL dapat mengerahkan kekuatan yang lebih besar. Namun, jika situasi memburuk hingga memerlukan pengerahan kekuatan yang lebih luas, seperti invasi, maka Komponen Cadangan yang telah dilatih dapat dipanggil untuk memperkuat lini pertahanan. Bahkan, seluruh potensi ekonomi dan industri negara juga dapat diarahkan untuk mendukung upaya pertahanan, misalnya dengan memproduksi logistik atau peralatan yang dibutuhkan militer. Sebuah simulasi operasi gabungan pertahanan yang diselenggarakan oleh Markas Besar TNI pada 23 Juni 2025 menunjukkan koordinasi antar komponen ini.

Sifat pertahanan berlapis juga tercermin dalam prinsip kewilayahan. Setiap jengkal wilayah Indonesia, dari darat, laut, hingga udara, memiliki peran dalam sistem pertahanan. Komando Kewilayahan TNI, seperti Kodam di Angkatan Darat, Lantamal di Angkatan Laut, dan Lanud di Angkatan Udara, tersebar di seluruh nusantara. Mereka bertanggung jawab atas pertahanan di wilayahnya masing-masing, memastikan bahwa respons terhadap ancaman dapat dilakukan secara cepat dan efektif di setiap daerah.

Pada akhirnya, pertahanan berlapis melalui Doktrin Pertahanan Semesta adalah representasi dari komitmen Indonesia untuk melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayahnya dengan melibatkan seluruh elemen bangsa. Ini bukan hanya strategi militer, tetapi juga cerminan dari semangat persatuan dan kesiapan kolektif rakyat Indonesia dalam menjaga keamanan nasional dari berbagai ancaman, baik militer maupun non-militer.