Strategi Penangkalan: Bagaimana TNI AL Menjaga Batas Laut NKRI dari Ancaman
Indonesia, dengan wilayah maritim yang luas dan strategis, menghadapi berbagai potensi ancaman yang mengintai kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Oleh karena itu, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) memiliki peran krusial dalam menerapkan Strategi Penangkalan untuk menjaga batas laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari setiap bentuk ancaman. Penangkalan ini tidak hanya bertujuan untuk mencegah serangan langsung, tetapi juga untuk mencegah provokasi dan pelanggaran yurisdiksi.
Strategi Penangkalan yang diterapkan TNI AL melibatkan kombinasi kekuatan militer, teknologi, dan diplomasi maritim. Dari sisi kekuatan militer, TNI AL secara berkelanjutan membangun dan memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) seperti kapal perang, kapal selam, pesawat patroli maritim, dan sistem persenjataan canggih. Kehadiran alutsista modern yang siap siaga di titik-titik strategis merupakan pesan kuat bagi pihak mana pun yang berniat mengganggu kedaulatan Indonesia. Contohnya, pada latihan Armada Jaya XXXIX yang diselenggarakan pada tanggal 15 Mei 2025 di Laut Jawa, TNI AL mengerahkan puluhan unsur KRI dan pesawat udara untuk mensimulasikan skenario penangkalan ancaman bersenjata.
Selain itu, Strategi Penangkalan juga diperkuat dengan peningkatan kapabilitas pengawasan dan intelijen maritim. Sistem radar canggih, patroli udara maritim yang intensif, serta jaringan informasi yang terintegrasi memungkinkan TNI AL untuk mendeteksi setiap pergerakan mencurigakan di perairan Indonesia. Deteksi dini adalah kunci untuk mencegah ancaman berkembang. Pada hari Jumat, 22 Maret 2025, Pusat Komando Operasi TNI AL berhasil mengidentifikasi dan memantau pergerakan kapal ikan asing ilegal yang mencoba menyusup ke Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, memungkinkan KRI terdekat untuk segera melakukan intercept.
TNI AL juga menggunakan Strategi Penangkalan melalui kehadiran fisik dan patroli rutin di wilayah perbatasan dan jalur pelayaran internasional yang rawan pelanggaran. Kehadiran kapal perang yang konsisten di area-area seperti Laut Natuna Utara, Laut Sulawesi, dan perairan perbatasan lainnya, memberikan efek gentar bagi pihak-pihak yang ingin melakukan pelanggaran hukum atau provokasi kedaulatan. Ini juga didukung oleh kerja sama erat dengan institusi penegak hukum lain seperti Polairud dan Bakamla, serta koordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam operasi gabungan.
Melalui kombinasi penumpukan kekuatan, pengawasan ketat, dan kehadiran yang berkelanjutan, TNI AL memastikan bahwa Strategi Penangkalan berfungsi efektif untuk melindungi kedaulatan dan keutuhan wilayah laut NKRI dari segala bentuk ancaman. Ini adalah jaminan bagi keamanan dan stabilitas di perairan Indonesia.